Keserakahan Manusia
Keserakahan di dalam diri manusia
Pada dasarnya manusia itu susah sekali merasa puas, dan kadang kala
dari segala kepunyaannya bahkan ada juga manusia yang ‘lupa’ mengucap
syukur kepada Tuhan. Ketidakpuasan manusia dengan apa yang dimilikinya
terkadang malah membuatnya menjadi serakah, egois, dan terkadang menjadi
‘jahat’ dalam artian lebih cenderung memikirkan kepentingan pribadi
sedangkan kepentingan yang lain terdapat kerugian oleh karena
kepentingan pribadi tadi. Sifat ‘ketidakpuasan’ menurut saya bisa jadi
merupakan sifat dasar manusia yang kemudian dapat menimbulkan
keserakahan.
Dalam tulisan ini, saya akan lebih memfokuskan ‘keserakahan’ yang ada dalam diri para koruptor di Indonesia.
Pejabat negara atau orang-orang yang bekerja di pemerintahan tentu
terlepas dari tanggungan biaya hidup dia dengan keluarganya, karena gaji
yang dibayarkan kepadanya lebih daripada cukup. Uang masuk dari
sana-sini mempertebal dompet mereka yang sudah bisa menghidupi kehidupan
mereka dalam kemewahan. Kebanyakan mereka hidup dalam kemewahan seperti
tinggal di rumah mewah, mobil mewah, fasilitas rumah yang terkesan
mahal, dan sebagainya walaupun tidak semua pejabat negara hidup dengan
kemewahan. Pejabat negara pada umumnya digaji tinggi setiap bulannya
atau mungkin per minggu atau per tahun karena daerah-daerah yang menjadi
domisilinya dalam bekerja dan bahkan negara yang menjadi tanggung
jawabnya, sudah menjadi hal yang wajar di masa kini. Tetapi gaji yang
tinggi tersebut malah tidak cukup bagi mereka para ‘tikus’ yang kemudian
menimbulkan tindakan korupsi.
Sebagaimana pejabat negara dan individual-individual yang ‘bekerja
langsung dengan uang’ seperti misalnya bekerja di Bank Indonesia,
Lembaga Keuangan, Perpajakan, dan lain-lain telah diberikan gaji umum
dan gaji khusus (uang masuk di luar gaji pokok) yang terhitung sangat
besar (setidaknya sangat besar bagi saya), tidak juga memberikan kinerja
yang baik dalam pekerjaannya. Penghitungan uang menjadi tidak terukur
karena nomor seri yang ada di uang kertas tidak berurutan alias
dikorupsi sebagian. Selain itu pejabat negara yang diberikan gaji tinggi
belum memberikan kinerja yang memuaskan bagi masyarakat, demo
sana-sini masih tidak dihiraukan. Gedung DPR diharapkan bisa menjadi
semewah mungkin, padahal kemewahan yang diharapkan oleh pejabat
negara/anggota DPR tidak sesuai dengan kinerja yang diharapkan oleh
rakyat. Yang lebih memuakkan lagi, sudah diberikan gaji tinggi tetapi
kinerja yang kurang baik bagi rakyat, masih melakukan tindakan korupsi
besar-besaran yang notabene merugikan negara dan masyarakat.
Di situ bisa kita lihat bahwa ketidakpuasan merekalah yang membuat
mereka tetap melakukan tindakan korupsi, padahal gaji yang diberikan
secara rutin sudah sangat besar. Kehidupan mereka para koruptor sudah
mewah, gaji tinggi, tetapi keserakahan mereka yang tidak pernah merasa
puas malah merugikan orang banyak (baca: rakyat) di luar sana. Apakah
semua karena keserakahan? Memang sudah sifat manusia untuk susah merasa
puas, seakan apa yang mereka dapatkan yang ’sudah dilebihkan’ olehNya
masih merasa kurang entah dalam bentuk apapun. Koruptor menjadi salah
satu contoh real dalam hal tersebut.
Keserakahan para koruptor merugikan orang banyak, yang kemudian
merugikan dirinya sendiri dan keluarganya. Pantas sekali koruptor
diberikan hukuman yang berat, entah hukuman mati dan apapun bentuk
hukuman itu, karena dia telah merugikan orang banyak, dan bukan malah
diberikan fasilitas ‘mewah’ di penjara seperti kasus beberapa waktu
lalu. Sungguh memalukan, seorang yang bersalah malah ‘dimanjakan’ dalam
arti diberikan fasilitas mewah bak hotel di dalam penjara.
Semua karena keserakahan mereka para koruptor yang hanya mementingkan
diri sendiri tanpa peduli dengan keadaan di luar sana. Sifat tidak
pernah merasa puas manusia pun mempengaruhi keserakahan tersebut,
bagaimana menurut Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar